Komisaris Bayan Resources Michael Sumarijanto menuturkan perseroan konsisten memegang prinsip good business pratices. Hal itu yang menjadi kunci perseroan dalam menjaga pertumbuhan bisnis yang keberlanjutan.
Di tengah fluktuasi harga batu bara, Michael menyebut perseroan harus mengetahui poin-poin yang perlu mendapat perhatian khusus. Beberapa komponen yang menurutnya tidak boleh luput di antaranya kualitas produk batu bara yang dihasilkan.
Selain itu, lanjutnya, emiten berkode saham BYAN itu juga memperhatikan infrastruktur. “Kalau ada peningkatan produksi, infrastruktur harus bagus. Bayan tidak pernah khawatir untuk investasi infrastruktur,” ujarnya di temui usai menerima penghargaan Bisnis Indonesia Award 2019, Jumat (12/7/2019) malam.
Pada rentang 2016—2018, Bayan Resources mencetak kinerja keuangan yang terbilang cemerlang. Perseroan membukukan pertumbuhan pendapatan 57,1 persen dari US$1,06 miliar pada 2017 menjadi USS1,67 miliar per 31 Desember 2018.
Keberhasilan perseroan menekan beban keuangan dari US$28,9 juta pada 2017 menjadi US$4,3 juta akhir tahun lalu menjadi salah satu faktor penopang kinerja 2018. BYAN mengamankan laba bersih US$524.3 juta atau naik 55,1 persen secara tahunan.
Tahun ini, perseroan mengincar pendapatan US$1,5 miliar hingga US$1,8 miliar pada 2019. Artinya, nilai yang dibidik naik hingga 7,78 persen dari realisasi 2018.
Sementara itu, belanja modal atau capital expenditure (capex) yang dianggarkan senilai US$100 juta hingga US$130 juta pada 2019. Sumber dana yang digunakan akan berasal dari kas internal.
Sampai dengan 31 Maret 2019, BYAN telah merealisasikan belanja modal US$11,1. Namun, jumlah itu masih lebih rendah dari anggaran perseroan US$48,3 juta sepanjang Januari 2019—Maret 2019.